Lapar, ditulis Knut Hamsun sebagai karya semibiografi atas realitas yang pernah ia alami sendiri. Terbit pertama kali tahun 1888 dalam judul asli “Slut”, sekitar 30 tahun sejak kelahirannya. Hamsun adalah penulis Norwegia yg karya2nya dianggap mempengaruhi penulis seperti Franz Kafka, Maxim Gorky, Herman Hesse, Thomas Mann, Stefan Zweig, Henry Miller, William Faulkner, juga Ernest Hemingway. Bahkan, pelukis tersohor Pablo Picasso pun merasa dipengaruhi kebebasan jiwa Knut Hamsun.
Lahir dengan nama Knut Peserden, dari ayah seorang penjahit dari keluarga sederhana, buruh harian. Ibu dari golongan keluarga tertua di kota itu, konon keturunan raja pertama pemersatu Norwegia. Knut kecil pindah dan menetap di daerah bernama Hamsund. Hidup dalam kemiskinan, tapi rukun dan bahagia.
Ketika usia 9 tahun, paman Knut, Hans Olsen, menagih utang pd orang tua Knut yg tak sanggup membayar. Akhirnya, Hans mengambil Knut sebagai sandera & pembayar utang. Selama 5 tahun, Knut tinggal dan diperlakukan kejam tanpa pengertian halus pada seorang anak. Sejak pagi-malam, ia dipaksa kerja : menulis daftar2 panjang di kantor pos, memotong kayu, mengantar surat. Tempeleng & teguran bertubi2. Di sinilah Knut pertama kali bertemu ‘roh’ Lapar, karya yang diterbitkan sekitar 20 tahunan kemudian.
Knut remaja telah memulai pertualangan mencari nafkah. Sempat kembali ke tanah kelahiran untuk magang di rumah saudagar, menjadi pedagang keliling, dan jadi tukang sepatu. Karya pertamanya terbit ketika Knut usia 18 tahun, Victoria –yg 20 tahun kemudian jadi salah satu karyanya paling indah. Knut menulis dalam bahasa Norwegia, padahal bahasa & sastra Norwegia saat itu adalah bahasa Denmark –yang ratusan tahun menguasai Norwegia.
Karya2 kecil yang dicetak dan disebar, membuat Knut cukup dikenal sebagai sastrawan. Tapi, ayahnya meminta Knut berusaha jadi tukang sepatu saja, dibanding pengarang yang susah cari nafkah. Membuat bersitegang karena hasratnya adalah untuk menjadi seorang penulis. Tampaknya takdir itu masih menjauh, membuat Knut sempat menjadi pegawai kabupaten yang memberinya kesempatan membaca banyak karya sastra. Nasib membawanya pula jadi buruh pembangunan jalan, hingga berlayar dua kali ke Amerika. Membuatnya bekerja di kantor dan toko di Wisconsin, sebagai penginjil awam di Minnesota, peternak babi di Dakota Utara, dan kondektur trem di Chicago.
Knut kembali ke Norwegia dari uang yang dikumpulkan kawan-kawannya, karena sakit yg dinyatakan dokter sebagai TBC. Disangka akan segera mati, tapi Knut justru sembuh dan menulis beberapa artikel, termasuk cerber. Di situ nama Knut Hamsun tercetak pertama kali –nama yang sebenarnya ada kesalahan cetak dari yang seharusnya “Hamsund”.
Kali kedua ke Amerika, ia pun tak bisa pulang hingga perlu meminjam uang. Dari New York, kapal menuju Kopenhagen, melewati Kristiania. Inilah setting (latar) tempat yang muncul di dalam novel Lapar. Sehari penuh, kapal berlabuh di sana. Namun Knut tak menginjakkan kakinya di Kristiania, dalam ikataan sumpah tak akan menginjak Kristiania sebelum sukses menjadi pemenang.
Menarik, justru dalam jarak itulah, Knut duduk dan mulai menulis, “Semua ini terjadi ketika aku lapar di Kristiania…” Sesampai di Kopenhagen (ibu kota Denmark), Knut menulis tanpa henti. “Dua minggu makan malam, dan tiga minggu tanpa.” Lupa makan, lupa mandi, lupa segalanya.
Dalam biografinya, “Knut Hamsun, min far –Knut Hamsun, ayahku”, Tore Hamsun –anak Knut menuliskan “Tanpa sadar ia meluncur masuk dalam keadaan pencerahan yang dapat diakibatkan oleh rasa lapar, suatu bentuk askese, dan dengan duka dan derita dihayatinya kembali seluruh bahan ceritanya sampai ke ujung syaraf yang terkecil pun.” (Tore Hamsun, hlm 101).
Bagaimana proses penerbitannya?
Knut mengunjungi Georg Brandes, sastrawan Denmark. Tapi naskah belum bisa sampai ke tangan Brandes, hingga Knut perlu membawanya kepada Edvard Brandes, kakak Georg, redaktur di surat kabar ternama, Politiken.
Awalnya Edvard ingin menolak naskah yang dibawa Knut, tapi ia terharu dengan penampilan Knut yang sungguh lusuh dan kotor. Namun, ada perasaan berpijar di balik kacamata itu, yg mendorong Edvard berjanji akan membaca naskah Knut. Setelah membacanya, Edvard terkesima –bahkan menganggapnya sederajat dg Dostoevsky. Bukan hanya terkesima, tapi malu ketika menyadari mungkin sudah beberapa lama sang pengarang tidak makan. Dari tangan Edvard, Knut mendapatkan uang sepuluh kroner.
Edvard menceritakan tentang Knut pada pengarang Swedia, Axel Lundegard, tentang karya Knut.
“Begitu mempesonakah kisahnya?”, tanya Lundegard.
“Apa judulnya?”
“Sult (Lapar)”
“Siapa pengarangnya?”
“Knut Hamsun.”
Awalnya, Sult (Lapar) diterbitkan tahun 1888 secara anonim dalam majalah Ny Jord (Dunia Baru) –termasuk majalah sastra paling berpengaruh di Benua Utara. Seluruh sastrawan gempar, memberikan pendapat karya Knut sangat menakjubkan, bukan saja bagi sastra Skandinavia, tapi sastra dunia.
{dirangkum singkat dari pengantar dalam buku Lapar – Knut Hamsun, oleh penerjemah bukunya, Marianne Katoppo}
Keren
LikeLike