Judul Asli : El infinito en la palma
Penulis : Gioconda Belli
Penerjemah : Fransiskus Pascaries
Penerbit : Seix Barral (Spanyol, 2008) dan Marjin Kiri (Indonesia, 2019)
Jumlah halaman : 200
[ Catatan singkat ]
Buku bagus selalu mengantarkan pembacanya pada pemikiran lebih dalam dari narasi teksnya. Bagaimana pun, segenap gagasan di benak penulis yang konon saling ingin memenangkan, tak akan cukup mampu ditampung ribuan halaman sekali pun. Gagasan-gagasan kreatif yang pada akhirnya ‘menang’, kerap kali masih hanya serupa percikan api kecil yang ingin kita nyalakan dari geretan (korek api). Dalam konteks lain, bisa berarti buku menjadi pemantik pemikiran baru, atau pun penelusuran lebih jauh, sehingga membaca bukan hanya berarti membaca. Lebih dari itu, ia mencakup proses : meneliti, memahami, meresapi, bahkan mengubah.
Buku ini sebenarnya menjelaskan kisah yang sudah diketahui seluruh umat manusia, tentang penciptaan Adam dan Hawa. Ide penulisannya diawali ketika Belli menemukan kumpulan teks apokrif di perpustakaan tua milik ayah mertuanya. Ada empat belas jilid buku dengan huruf emas berjudul Kitab-Kitab Wasiat dan Kesusastraan Awal dari Timur. Menurut bagian pendahuluan, itu adalah teks dari perjanjian Lama dan Baru, yang walaupun ditulis pada zaman kuno dan seusia dengan Alkitab, tidak dimasukkan dalam kanon gerejawi atas berbagai alasan. Di dalamnya terdapat kitab Henokh, Wahyu Barukh, Kitab Hilang Nuh, Injil Nikodemus, serta kehidupan Adam dan Hawa.
Kenyataan ini jadi sangat menarik. Terlebih karena kita semua memahami, bahwa Tuhan memberikan petunjuk pada umat manusia, dalam bentuk firman, yang kemudian diterima para utusan, disebarkan secara lisan kepada kaum; masyarakat, hingga dituliskan agar informasinya bisa diwariskan pada banyak generasi selanjutnya.
Melanjutkan pencarian, sepanjang sejarah kemungkinan ada banyak kitab yang menjadi petunjuk. Tapi, ada 4 kitab utama yang diyakini kelompok besar manusia di dunia : Taurat (Musa), Zabur (Daud), Injil (Isa), dan Al-Qur’an (Muhammad). Kitab-kita ini sekaligus menjadi titik simpang perjalanan sejarah agama di muka bumi yang diawali pada masa kehidupan Ibrahim (Abraham). Buku ini membuat saya meneliti kembali kitab saya, sekaligus mempelajari penjelasan tentang Adam dan Hawa dari kitab-kitab lain.
Sejak awal penasaran dengan nama-nama kitab yang ditemukan Belli. Kitab Henokh kemungkinan adalah Kitab Nabi Idris, kitab Yahudi kuno yang memang bisa jadi lebih tua dibandingkan Injil. Idris adalah kakek moyang Nuh. Henokh juga adalah nama anak dari Kain (Qabil dalam versi Islam). Namun, ada yang menganggap keduanya adalah dua orang berbeda. Wahyu Barukh, juga bagian dari kitab Yahudi, di sanalah tercantum ada nama Elokim (Elohim) yang dimaksudkan dalam buku sebagai Yang Lain (Pencipta). Injil Nikodemus adalah salah satu dokumen yang sarat dengan pesan yang berhubungan dengan Alkitab maupun kisah-kisah di dalamnya. Disebutkan salah satu sumber, Nikodemus adalah pemimpin agama Yahudi yang menemui Yesus dan bersikap baik padanya. Ia menggambarkan Nikodemus sebagai seorang Yahudi yang mungkin bertobat dan bergabung dengan Gereja Kristen dengan akibat dikucilkan dari sinagoga. Nikodemus diterangkan sebagai penulis kitab tersebut meski di sumber lain tidak menyakini kitab tersebut ditulis oleh Nikodemus yang sama.
Untuk menulis buku ini, Belli membutuhkan waktu beberapa tahun untuk meneliti manuskrip dan kisah-kisah alkitabiah yang hilang. Pencarian itu membawanya pada perpustakaan Nag Hammadi di Mesir. Ini adalah koleksi teks Gnostik Kristen perdana yang ditemukan penggembala di gua-gua Mesir tahun 1944. Ia juga merunut pada Gulungan Laut Mati, suatu kumpulan sekitar 981 naskah berbeda yang ditemukan antara tahun 1946 dan 1956 dalam 11gua di sekitar pemukiman kuno di Khirbet Qumran di Tepi Barat. Belli juga sampai ke Midras, komentar-komentar yang ditulis oleh rabbi Yahudi terpelajar, dengan hasrat untuk menerjemahkan bahasa-bahasa puitis yang terkadang gelap dan kontradiktif dalam Perjanjian Lama dan kitab-kitab lainnya.
Meskipun Belli memberikan keterangan bahwa novel karyanya ini adalah fiksi yang didasarkan pada banyak fiksi, interpretasi dan reintepretasi seputar asal muasal manusia, menarik juga untuk menelusuri jejak kisah Adam dan Hawa dari tiga keyakinan : Yahudi, Nasrani, dan Islam. Secara umum sama, yang berbeda di beberapa bagian adalah detil kejadiannya, sudut pandang ketika melihat fenomena Adam dan Hawa turun di bumi, serta kisah tentang anak keturunan mereka.
Saya pikir ini cukup, selesai sampai di sini dulu. Hingga kemudian, muncul satu hal yang sedikit saja disinggung di buku tapi mengusik pikiran. Adalah ketika di tengah kisah, salah satu anak Adam, Aklia, perempuan yang digambarkan mengeluarkan rambut dari wajahnya sesaat setelah lahir, wajahnya kecil, tapi alisnya lebat, mulutnya lebar dan menonjol, rambutnya tipis, lurus, hitam seperti kayu basah. Pintar dan terampil, tak ada yang menandinginya dalam memanjat pohon, membawa turun kurma dari pucul palma (hlm. 151). Aklia tampak lebih kuat, lebih dekat dengan hakikat segala yang ada di sekitar mereka.
Di akhir kisah, dituliskan Hawa meremas tangan Aklia kuat-kuat. Dengan gelisah, Aklia melihat ke pucuk pohon. Ia melompat kecil. Ia menggaruk kepalanya. Hawa melihat kawanan kera besar, anggun, dan lincah berayun di atas dahan-dahan pohon. Matanya basah. Betapa aku banyak kehilangan, pikirnya. Aklia melepaskan tangannya. Sebelum membiarkannya pergi, ia membungkuk dan memeluknya erat-erat di dada (hlm. 200)
Apakah ini artinya ada kaitan antara kisah Adam Hawa dengan teori Darwin (Darwinisme) yang menjelaskan teori manusia adalah berasal dari kera? Belli menjelaskan karyanya bukan Kreasonisme ataupun Darwinisme. Meskipun ada gagasan dan pendapat yang meyakini ada manusia (atau makhluk hidup lain yang cerdas) sebelum Adam. Disebut sebagai Pra-Adamit.
Mulai Abad Pencerahan, keberadaan manusia pra-Adam mulai diterima secara luas di Eropa dan menantang narasi penciptaan sesuai Alkitab. Setelahnya, gagasan pra-Adamit diterima dan bersanding dengan keyakinan penciptaan Alkitab dengan aura supremasi kulit putih. Dikatakan bahwa manusia kulit putih adalah keturunan Adam, sedangkan ras lain merupakan keturunan manusia pra-Adam.
Ini tentu hanya bagian dari penafsiran. Kembali lagi pada pernyataan Belli, bahwa perempuan dan laki-laki pertama itu memang ada. Dan dalam ketakjuban dan kebingungannya, adalah kisah kita masing-masing.
Sumber Referensi :
- https://id.wikipedia.org/wiki/Adam#:~:text=Dalam%20sumber%20Sunni%2C%20di%20antaranya,satu%20perempuan%2C%20pada%20tiap%20kelahiran.
- https://risalahmuslim.id
- https://sites.google.com/site/tengkuazhar/ilmiah/para-nabi-rasul/nabiadam%E2%80%98alaihissalam/kisah-nabi-adam-dan-hawa-menurut-islam-yahudi-dan-kristian/kisahnabiadammenurutyahudidankristien
- https://jewishcentersurabaya.wordpress.com/praktek-yahudi/kisah-adam-dan-hawa-dalam-alkitab/
- https://umma.id/article/share/id/6/211773
- https://www.facebook.com/notes/menuntut-ilmu-mengejar-hikmah/taurat-dalam-al-quran/179690645522505/
- https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Kej%203:1-24&tab=text
- https://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Henokh
- https://kitabhenokh.wordpress.com/2018/02/14/kitab-wahyu-barukh-3-barukh/
- http://www.sarapanpagi.org/nikodemus-vt6270.html
- https://id.wikipedia.org/wiki/Injil_Nikodemus
- https://jakartaberdoa.wordpress.com/2010/12/03/kitab-nikodemus/
- https://id.wikipedia.org/wiki/Perpustakaan_Nag_Hammadi#:~:text=Perpustakaan%20Nag%20Hammadi%20adalah%20sebuah,Hammadi%20di%20Mesir%20pada%201945.&text=Tulisan%2Dtulisan%20dalam%20codex%20ini%20dibuat%20dalam%20bahasa%20Koptik%2C%20meskipun,merupakan%20terjemahan%20dari%20bahasa%20Yunani.
- https://id.wikipedia.org/wiki/Naskah_Laut_Mati
